Back
The Photobook Club Jakarta is a platform to discuss photobook from local Indonesian photographer and International ones.
The Photobook Club Jakarta is a platform to discuss photobook from local Indonesian photographer and International ones.
Apa dan Kenapa
Baru saja pada tanggal 15 Desember kemarin, kami mengadakan pertemuan perdana The Photobook Club yang mengambil tema “Locations”, namun sebelum kita membahas tentang apa saja kesimpulan dari pertemuan pertama tersebut saya ingin membahas Apa dan Kenapa ada club seperti ini.
Ini semua diawali ketika saya dan Tommy ingin membuat sebuah platform yang membahas buku-buku foto secara umum yang berformat book club, dimana para anggota yang datang diharapkan sudah “membaca” buku tersebut atau paling tidak mendapatkan informasi awal mengenai buku tersebut dan fotografernya. pada pertemuannya diharapkan juga para anggota dapat memberikan pendapat, kesan dan kalau ada kritik mengenai buku-buku tersebut. Selain itu kami juga mempunyai ide club ini juga memiliki program-program lain seperti misalnya “Dummy Days” dimana para fotografer yang memiliki dummy buku dapat mempresentasikan buku mereka dan diskusi bersama fotografer/publisher yang sudah mengeluarkan tidak hanya buku tapi juga publikasi-publikasi alternatif seperti zine. Pada pertemuan kemarin rekan-rekan senior seperti Erik Prasetya, Edy Purnomo dan Ng Swanti menginginkan bahwa club ini juga menjadi support system kepada para fotografer dimana club ini bisa memberikan wadah untuk mempromosikan buku yang akan terbit, menuliskan resensi atau kritik dan mengembangkan rasa kecintaan terhadap buku foto itu sendiri. Secara tidak langsung Club ini juga diharapkan untuk dapat mengembangkan Di titik puncak diharapkan club ini mampu berpartisipasi dalam pengembangan intelektual para fotografer dengan berlangsungnya kegiatan-kegiatan yang telah disampaikan tadi.
Satu hal yang kami tekankan adalah karena ini berformat book club, kami berharap rekan-rekan yang datang sudah memiliki pengetahuan mengenai buku yang dibahas, tentu saja kami akan mempublikasi review dan gambar-gambar buku tersebut sebelum pertemuan dimulai akan tetapi lebih baik lagi jika rekan-rekan mampu mencari tahu terlebih dahulu tentang buku yang ingin dibahas tersebut baik dengan review yang sudah ada sebelumnya atau dengan mencari tahu background tentang sang fotografer dan kenapa buku tersebut itu dibuat. Ini kami mohon sekali agar dilakukan karena sampai sekarang diskusi publik fotografi tidak pernah bersifat dua arah, selalu bersifat satu arah atau peserta selalu muncul dengan agenda masing-masing, menjauhkan diskusi itu mencapai tujuannya.
Pertemuan pertama: Locations
Pada pembahasan pertama ini kami membahas tiga buku yang bertemakan lokasi yaitu Carolyn Drake – Two Rivers, Aji Susanto Anom – Nothing Personal dan Andri Tambunan – Against All Odds. Sebenarnya kami tidak banyak membahas buku ini karena hampir separuh waktu diskusi dihabiskan dengan mendiskusikan format club, namun akan kami coba sadur apa saja yang sudah kami dapat diskusikan pada pertemuan perdana tersebut.
Ketiga buku ini adalah buku yang dibuat secara swadaya, dimana Carolyn mengusahakannya melalui Kickstarter, Andri berdasarkan grant yang diterimanya dan hasil tabungannya dan Aji dari dana pre-order buku tersebut.
Semua hampir setuju buku Two Rivers adalah buku yang amat sangat grafis dan bisa dibilang menyebalkan karena foto-foto tidak ditampilkan secara utuh, ada argumen yang menyatakan bahwa foto-foto dalam buku tersebut dibuat sedemikian rupa karena sang desainer ingin unjuk gigi, yang menarik adalah pernyataan apakah dengan memotong foto tersebut akan terjadi peningkatan penjualan yang signifikan? seperti misalnya 50%, kalau tidak kenapa kita harus mendengarkan pernyataan si desainer tentang hal ini? Saya sendiri merasa buku tersebut dibuat sedemikian rupa karena ingin menggambarkan aliran sungai tersebut yang terpatah-patah namun terus mengalir.
Tentang buku Aji, kami merasa Aji harus berada di pertemuan tersebut untuk membahas bukunya, karena kami memiliki banyak pertanyaan pertanyaan untuknya, seperti misalnya ada pendapat bahwa buku Aji tersebut masih terkesan prematur, dengan proses pengambilan foto yang terlalu cepat dan tanpa proses penyuntingan yang memadai. Satu pertanyaan yang muncul dari rekan senior adalah apakah para fotografer muda ini tahu bagaimana foto yang baik itu? Foto pada awalnya adalah sesuatu yang harus dicetak dan dilihat dengan menggunakan cahaya yang muncul dan menimpa foto itu sendiri dari depan atau samping, bukan dari belakang sebagaimana layar komputer sekarang ini. Cahaya yang muncul dari belakang akan meningkatkan kontras foto, pada buku Aji, yang dipertanyakan adalah alasan Aji untuk mencetak bukunya dengan kekontrasan yang sangat tinggi tersebut.
Buku Andri Tambunan sendiri adalah buku tanpa pretensi grafis tinggi seperti Two Rivers (walaupun Andri sendiri memperkerjakan seorang desainer) atau mengetengahkan tema yang populer sekarang ini (street photography) seperti buku Aji. Buku ini nampak seperti makalah ilmiah, dari pemilihan penulis kata pengantar dan tulisan di bagian belakang buku tersebut. Buku ini mungkin juga memang tidak diperuntukkan ke khalayak umum, tetapi lebih kepada para NGO, pemegang donor dan mereka yang memiliki kemampuan untuk membantu penanganan HIV/AIDS di Papua.
Selanjutnya
Seperti yang sudah diutarakan diatas mengenai program-program kami, pertemuan di club ini kami harapkan dapat berlangsung secara reguler pada pertemuan berikutnya kemungkinan besar kami akan menyelengarakan dummy days, dimana kami mengundang para fotografer yang memiliki dummy buku untuk berpartisipasi. Pertemuan club akan dilakukan secara reguler, di minggu ke 4 setiap bulannya, masih di tempat yang sama yaitu di Kopitiam Oey, Sabang.
Share this:
Like this:
Related